https://journal.ubaya.ac.id/index.php/kesdok/issue/feedKeluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran2024-09-18T02:28:43+00:00Singgih Sugiartosinggih_s@staff.ubaya.ac.idOpen Journal Systems<p style="text-align: justify;"><strong>Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran</strong> is an online, open access, and peer-reviewed journal. JKK publishes two issues per year: in December (covering December-May) and in June (covering June-November) First published in December 2019. This journal aims to disseminate the results of original research, case report, and critical reviews in the fields of health and medicine. This focus and scopes include, but are not limited to a pharmacy, medicine, public health, and health biotechnology fields.</p> <p style="text-align: justify;"><br><strong>eISSN: </strong>2715-6419</p>https://journal.ubaya.ac.id/index.php/kesdok/article/view/6050Pengobatan Pasien Gangguan Jiwa yang Dipasung Oleh Keluarga: Studi Kasus di Kabupaten Trenggalek2024-09-18T02:28:43+00:00Sulisetiorinisulisetiorini@gmail.comAdji Prayitnoadji@jaisdo.comYosi Irawati Wibowoyosi@kfiol.com<p style="text-align: justify;"><strong><em>Abstract</em></strong>—<em>In Trenggalek Regency, East Java Province, psychotic patients are still found on pasung by their families even though the Free Pasung Program has been intensively carried out since 2015 by The Indonesian Government. This research aims to identifying the characteristics and status of pasung, medication history, and patient’s adherence to medication. The data collection was carried out through interviews with family members of patients with pasung and observation of medical records. A total of 14 psychotic patients were included in this study. Patients were in the productive age of 30-60 years (100%), not working (92.86%), the ratio of patients on pasung and with history of pasung was 1:1, the highest educational level was elementary school (71.43%), and family history (14.29%). Out of 14 patients, 3 patients received no medications, 4 patients received both oral and injectable medications, and 7 patients received oral medications; the majority of patients were given complementary medications (64.29%). The most common injections given were haloperidol decanoate and long-acting flufenazine decanoate; while oral medications frequently given were risperidone, chlorpromazine, trihexiphenidyl, haloperidol and trifluoperazine. Patients’ medication adherence rate was 63,64%. This finding indicated the importance of pharmacists’ role in providing drug information and counseling services to improve medication adherence of patients with psychotics.</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Keyword</em><em>s:</em></strong><em> adherence, pasung, pharmacist, psychotic </em></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><strong>Abstra</strong><strong>k</strong>—Di Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur masih ditemukan pasien gangguan jiwa psikotik yang dipasung oleh keluarga meskipun Program Bebas Pasung sudah gencar dilakukan sejak tahun 2015 oleh pemerintah Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan status pasung, riwayat pengobatan, serta kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Metode pengumpulan data melalui wawancara anggota keluarga pasien dengan pasung dan pengamatan rekam medis. Empat belas pasien gangguan jiwa psikotik terlibat dalam penelitian ini. Pasien berusia produktif 30-60 tahun (100%), tidak bekerja (92,86%), rasio status pasien dalam pasung dan riwayat pasung adalah 1:1, riwayat pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar (71,43%), dan riwayat keluarga (14,29%). Dari 14 pasien, 3 pasien tidak menerima pengobatan, 4 pasien menerima pengobatan oral dan suntikan, dan 7 pasien menerima pengobatan oral; mayoritas pasien menerima pengobatan komplementer (64,29%). Obat suntikan yang paling umum diberikan adalah haloperidol dekanoat dan flufenazine dekanoat kerja panjang; sedangkan obat oral yang sering diberikan adalah risperidon, klorpromazin, triheksifenidil, haloperidol dan trifluoperazin. Tingkat kepatuhan pengobatan pasien adalah 63,64%. Temuan ini menunjukkan pentingnya peran apoteker dalam memberikan informasi obat dan layanan konseling untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien gangguan jiwa psikotik.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Kata kunci:</strong> <em>apoteker, kepatuhan, pasung, psikotik</em></p>2024-03-13T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Sulisetiorini, Adji Prayitno, Yosi Irawati Wibowo (Author)https://journal.ubaya.ac.id/index.php/kesdok/article/view/5806Tingkat Pengetahuan dan Stres Ibu Hamil pada Saat Pandemi Covid-192024-07-29T15:28:05+00:00Cindy Avia Rizqullahdwfzf@lo.comAnanta Yudiarsoananta@staff.ubaya.ac.idYuliana Arisanti dawwdafw@dwwr.comRachmad Poedyo Armantorachmadp89@gmail.com<p style="text-align: justify;"><strong><em>Abstract</em></strong>—<em>The COVID-19 pandemic has had several negative impacts on pregnant women, including increased stress levels.This study aims to determine the level of knowledge and stress levels in pregnant women during the pandemic, as well as analyze the relationship between the two. This is a quantitative research study that utilized an analytical observational method and </em><em>a </em><em>cross-sectional study design. The sampling technique employed was purposive sampling. Data was collected through the distribution of questionnaires containing statements about the level of knowledge and magnitude of stress experienced by pregnant women during the COVID-19 pandemic. The study found that 55% of respondents had poor knowledge</em><em>,</em><em> and 54% had moderate stress levels. There was no significant relationship between knowledge level and stress level among pregnant women during the COVID-19 pandemic (p = 0.997). It is important to note that having good knowledge does not necessarily guarantee lower stress levels, and vice versa. Health workers should not only provide education about COVID-19 but also examine stress levels in pregnant women.</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Keyword</em></strong><strong><em>s:</em></strong> <em>Covid-19, knowledge level, stress level, pregnant women</em></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><strong>Abstrak</strong>—Kondisi pandemi Covid-19 menimbulkan beberapa dampak negatif bagi beberapa orang, terutama bagi ibu hamil yang sedang mengalami perubahan fisiologi, hormonal, dan psikologis. Salah satu dampak negatif yang mungkin ditimbulkan yaitu stres. Pengetahuan mengenai Covid-19, efek bagi ibu dan bayi masih relatif sulit didapatkan karena masih sedikit penelitian yang dilakukan. Selain itu, pengetahuan juga merupakan salah satu faktor internal penyebab terjadinya stress. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, tingkat stress dan hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat stress pada ibu hamil pada saat pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasional analitik dan desain studi <em>cross sectional. </em>Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini metode <em>Purposive Sampling</em>. Data dikumpulkan dengan membagikan kuesioner yang terdiri dari pernyataan-pernyataan mengenai tingkat pengetahuan dan seberapa besar skala stress ibu hamil pada saat pandemi Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 55% responden memiliki pengetahuan yang kurang baik, serta 54% responden memiliki tingkat stress sedang. Tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan tingkat stress ibu hamil pada saat pandemi Covid-19 (p=0,997). Tingkat pengetahuan seseorang yang baik tidak menjamin tingkat stress ibu hamil pada saat pandemi Covid-19 menjadi ringan, dan sebaliknya. Diharapkan tenaga kesehatan tidak hanya memberikan edukasi mengenai pengetahuan Covid-19 saja tetapi dapat mengkaji permasalahan stres pada ibu hamil.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Kata kunci:</strong><em> Covid-19, tingkat pengetahuan, tingkat stres, ibu hamil</em></p>2024-03-13T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Cindy Avia Rizqullah, Ananta Yudiarso, Yuliana Arisanti , Rachmad Poedyo Armanto (Author)https://journal.ubaya.ac.id/index.php/kesdok/article/view/5890Adakah Hubungan antara Usia dan Gangguan Indera Perasa pada Pasien COVID-19?2024-06-14T15:39:55+00:00Khalimatus Suantifransiskahutahaean@staff.ubaya.ac.idFransiska Fransiskafransiskahutahaean@staff.ubaya.ac.idAstrid Pratidina Susilofransiskahutahaean@staff.ubaya.ac.id<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Abstract</em></strong><em>—</em><em>COVID-19 (coronavirus disease 2019) is a respiratory disease caused by severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). The clinical symptoms of COVID-19 patients vary widely, for example the olfactory and taste disorder. Several studies reported the prevalence of taste disorder of 71% to 88.8% in COVID-19 patient. This research aimed to determine the association between age and taste disorders during the spread of the Delta variant of COVID-19. A cross sectional study conducted on 42 subjects. The data was analyzed using Independent T-test. Statistical analyzed showed that 27 out of 42 subjects experienced taste disorders. The mean age of COVID-19 patients with taste disorders was 50 years (SD 12.83). In the independent T-test, a p-value of 0.613 was obtained (p>0.05), which means that there was no association between age and taste disorders. Taste disorders are caused by hyposalivation which begins to occur at the age of 65 and over. This study concluded no significant correlation between age and taste disorders in COVID-19 patients.</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Keywords</em></strong><em>: </em><em>COVID-19 patients, age, taste disorders</em></p> <p style="text-align: justify;"><em> </em></p> <p style="text-align: justify;"><strong>Abstrak</strong>—COVID-19 (<em>coronavirus disease 2019</em>) adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh <em>Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus </em>2 (SARS-CoV-2). Gejala klinis pasien COVID-19 sangat bervariasi, di antaranya gangguan indera penghidu dan perasa. Beberapa penelitian melaporkan prevalensi gangguan indera perasa sebesar 71% hingga 88,8% pada pasien COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan rerata usia dengan gangguan indera perasa selama penyebaran COVID-19 varian Delta. Studi <em>cross sectional</em> dilakukan pada 42 subjek penelitian. Teknik pengambilan data adalah total sampling, yaitu pada pasien yang rawat inap karena COVID-19. Data dianalisis dengan menggunakan Uji T-tidak berpasangan. Analisis statistik menunjukkan bahwa 27 dari 42 pasien mengalami gangguan indera perasa. Usia rata-rata pasien COVID-19 dengan gangguan indera perasa adalah 50 tahun (SD 12,83). Pada uji T-tidak berpasangan didapatkan nilai <em>p</em> sebesar 0,613 (<em>p</em>>0,05), yang berarti tidak ada hubungan antara usia dengan gangguan indera perasa.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Kata kunci:</strong> pasien COVID-19, usia, gangguan perasa</p> </div> </div> </div> </div>2024-06-14T08:30:40+00:00Copyright (c) 2024 Khalimatus Suanti, Fransiska Fransiska, Astrid Pratidina Susilo (Author)https://journal.ubaya.ac.id/index.php/kesdok/article/view/6082Facial Wash Gel Formulation from Papaya Leaf Extract (Carica papaya L.) With Carbopol 940 As Gelling Agent and Its Stability Study 2024-07-01T15:35:50+00:00Tubagus Akmaltubagus.akmal93@gmail.comYenni Puspita Tanjungyen@gsd.ocldIrma Indrianidadw@fawwd.coms<p style="text-align: justify;"><em><strong>Abstract</strong>—Propionibacterium acnes is a bacterium that significantly contributes to the development and progression of acne—the phenomenon of bacterial proliferation. The alkaloid carpain present in papaya leaf extract exhibits antibacterial properties against Propionibacterium acnes, a bacterium associated with the development of acne. The facial wash is a cleansing product that removes bacteria and debris from the skin. This study aims to develop a facial wash gel formulation employing papaya leaf extract to treat and inhibit acne-causing bacteria. The formulation will involve the use of different concentrations of Carbopol 940 polymer, namely FI (1%), FII (1.5%), and FIII (2%), as a gelling agent. The research conducted falls under the category of experimental research. The assessment of facial wash gel formulations encompasses various parameters, such as organoleptic evaluation, homogeneity analysis, pH determination, viscosity measurement, spreadability assessment, and foaming capacity examination. The study's findings indicate that the formulation of the FII facial wash gel successfully fulfils all criteria for preparation evaluation. FI fails to satisfy the criteria for spreadability testing, while FIII needs to fulfil the homogeneity and viscosity testing requirements. The viscosity test was significantly affected by different amounts of Carbopol 940, which was used as a gelling agent. The pH, spreadability, and foamability tests were not significantly affected (p>0.05).</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Keyword</em><em>s:</em></strong> <em>acne, carbopol 940, carica papaya, facial wash gel</em></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><strong>Abstrak</strong>—<em>Propionibacterium acnes</em> merupakan bakteri yang sangat berperan dalam patogenesis timbulnya jerawat. Pertumbuhan bakteri. Di dalam ekstrak daun pepaya terkandung alkaloid karpain yang berfungsi sebagai antibakteri penyebab jerawat (<em>Propionibacterium acnes</em>). Facial wash menjadi salah satu produk yang dapat digunakan untuk membersihkan kulit dari bakteri dan kotoran yang menempel. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan facial wash gel dari ekstrak daun pepaya untuk mengobati jerawat serta mencegah pertumbuhan bakteri penyebab jerawat dengan variasi konsentrasi polimer Carbopol 940 sebagai gelling agent yaitu FI (1%), FII (1,5%), dan FIII (2%). Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Evaluasi sediaan facial wash gel meliputi pengujian organoleptik, homogenitas, pH, viskositas, daya sebar, dan daya busa. Hasil dari penelitian menunjukkan formulasi sediaan facial wash gel FII memenuhi semua syarat evaluasi sediaan. FI tidak memenuhi syarat uji daya sebar, sedangkan pada FIII tidak memenuhi syarat uji homogenitas dan viskositas. Variasi konsentrasi Carbopol 940 sebagai gelling agent memberikan hasil berpengaruh secara signifikan (p<0,05) terhadap uji viskositas tetapi tidak berpengaruh secara signifikan (p>0,05) terhadap uji pH, daya sebar, dan daya busa.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Kata kunci:</strong><em> daun papaya, gel sabun muka, jerawat, karbopol 940</em></p> <p style="text-align: justify;"><em> </em></p>2024-07-01T04:33:56+00:00Copyright (c) 2024 Tubagus Akmal, Yenni Puspita Tanjung, Irma Indriani (Author)https://journal.ubaya.ac.id/index.php/kesdok/article/view/6047Faktor Risiko Kelelahan Mata Pada Karyawan Pengguna Komputer: Sebuah Studi Cross-Sectional 2024-07-26T15:43:14+00:00Marsya Kamila Savitri marsyakamila@upnv.ac.idArga Buntarabuntraw@gklao.cosChahya Kharin Herbawatichahy@fhiwo.comChandrayani Simanjorangadwww@fkfol.coms<p style="text-align: justify;"><strong><em>Abstract</em></strong>—<em>Eye fatigue has a negative impact on workers such as, lost productivity. It was found that workers at PT PLN Icon Plus had a computer usage duration of more than 4 hours per day and lighting that was not up to standard. The purpose of this study was to determine the risk factors for eye fatigue in computer users at PT PLN Icon Plus. The design of this study was cross-sectional. The population of this study amounted to 80 workers and all were respondents. The research was conducted between February and June 2023 on employees of PLN Icon Plus. The research instruments used eye fatigue questionnaires, laser distance meters, lux meters and heat stress meters. The results of the chi-square test analysis showed significant relationship between working time (p-value=0.004), work duration (p-value=0.016) and lighting (p-value=0.051) with eye fatigue. The age, gender and distance of the monitor showed no relationship with eyestrain. It is recommended to companies to add curtains to each window so the light that enters during the day does not exceed the standard. In addition, employees can download a screen time application on the computer to see how long the activity works while using the computer.</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Keyword</em><em>s:</em> </strong><em>computer, correlate, eye fatigue, worker</em></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><strong>Abstrak</strong>—Kelelahan mata memiliki dampak negatif pada karyawan seperti, kehilangan produktivitas. Ditemukan bahwa karyawan di PT PLN Icon Plus memiliki durasi penggunaan komputer lebih dari 4 jam per hari dan pencahayaan yang tidak sesuai standar. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko kelelahan mata pada karyawan pengguna komputer di PT PLN Icon Plus. Desain penelitian ini adalah <em>cross-sectional</em>. Populasi penelitian ini berjumlah 80 karyawan dan keseluruhan dijadikan responden. Penelitian dilakukan pada Februari-Juni 2023 terhadap karyawan PLN Icon Plus. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner kelelahan mata, <em>laser distance meter</em>, <em>lux meter</em> dan <em>heat stress meter</em>. Hasil analisis uji <em>chi-square</em> menunjukkan terdapat hubungan yang siginifikan dengan masa kerja (<em>p-value </em>= 0,004), durasi kerja (<em>p-value </em>= 0,016) dan pencahayaan (<em>p-value </em>= 0,051) dengan kelelahan mata. Umur, jenis kelamin dan jarak monitor tidak memiliki hubungan dengan kelelahan mata. Disarankan kepada perusahaan untuk menambahkan tirai di setiap jendela agar cahaya yang masuk pada siang hari tidak melebihi standar. Selain itu, karyawan dapat mengunduh aplikasi <em>screen time</em> pada komputer untuk melihat berapa lama aktivitas bekerja dalam menggunakan komputer.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Kata kunci:</strong> <em>faktor yang berhubungan, karyawan, kelelahan mata, komputer</em></p> <p style="text-align: justify;"><em> </em></p>2024-07-26T10:10:54+00:00Copyright (c) 2024 Marsya Kamila Savitri , Arga Buntara, Chahya Kharin Herbawati, Chandrayani Simanjorang (Author)https://journal.ubaya.ac.id/index.php/kesdok/article/view/6030Pengujian In Vitro Serum Antiacne Kombinasi Ekstrak Daun Kemangi dan Rimpang Kunyit2024-09-13T15:46:37+00:00Mayassa Fitri Cahyanimayassaftr.cahyani@gmail.comErnie Halimatushadyahernie@binawan.ac.idKrismayadikrismayadi@binawan.ac.id<p style="text-align: justify;"><strong><em>Abstract</em></strong>—<em>Acne is a chronic inflammation of the pilosebaceous follicles which is characterized by excess oil production caused by the bacterium Propionibacterium acnes. The content of flavonoids in basil leaves and the content of curcumin in turmeric rhizome can be used as an anti-acne treatment. The purpose of this study was to determine the anti-acne activity of a single extract of basil leaves and a single extract of turmeric rhizome, to determine the ability of the combination</em> <em>two extracts to inhibit acne-causing bacteria and to formulate combination of basil leaf extract and turmeric rhizome into a serum preparation to determine antibacterial activity against Propionibacterium acnes. The research method used was experimental by testing the antibacterial activity of Propionibacterium acnes in vitro. Antibacterial activity test results in serum showed a negative control, namely serum base did not have an inhibition zone, positive control clindamycin phosphate showed an inhibition zone of 13.20 mm, with a ratio between extracts of turmeric rhizome and basil leaves 1:4, the diameter of the inhibition zone was obtained at a concentration of 30 % of 5.7 mm, 40% concentration of 7.38 mm and 50% concentration of 8.11 mm. Statistical analysis was carried out using the Shapiro-Wilk, Levene Statistics, and One Way Anova methods (p<0.05)</em><em>.</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Keyword</em><em>s:</em></strong> <em>acne, basil, p. acnes</em><em>,</em><em> serum, turmeric</em></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><strong>Abstrak</strong>—Jerawat merupakan peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya produksi minyak berlebih yang disebabkan oleh bakteri <em>Propionibacterium acnes</em>. Kandungan flavonoid pada daun kemangi dan kandungan kurkumin pada rimpang kunyit dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan antijerawat. Sediaan farmasi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kulit berjerawat yaitu serum. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antijerawat pada ekstrak tunggal daun kemangi dan ekstrak tunggal rimpang kunyit, mengetahui kemampuan kombinasi kedua ekstrak dalam menghambat bakteri penyebab jerawat dan memformulasikan kombinasi ekstrak daun kemangi dan rimpang kunyit menjadi sediaan serum untuk mengetahui aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan melakukan uji aktivitas antibakteri <em>Propionibacterium acnes </em>secara <em>in vitro</em>. Hasil uji aktivitas antibakteri pada serum menunjukkan kontrol negatif yaitu basis serum tidak mempunyai zona hambat, kontrol positif clindamycin phospat menunjukkan zona hambat sebesar 13,20 mm, dengan perbandingan antara ekstrak rimpang kunyit dan daun kemangi 1:4 diperoleh hasil diameter zona hambat pada konsentrasi 30% sebesar 5,7 mm, konsentrasi 40% sebesar 7,38 mm dan konsentrasi 50% sebesar 8,11 mm. Analisa statistik dilakukan dengan metode Shapiro-wilk, Levene statistic, dan One Way Anova (p<0,05).</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Kata kunci:</strong> <em>jerawat, kemangi, kunyit, p. acnes, serum </em></p>2024-03-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Mayassa Fitri Cahyani, Ernie Halimatushadyah, Krismayadi (Author)