Pelekatan Nama Uray Dalam Hukum Adat Melayu Di Kesultanan Sambas

  • Ajeng Auliya Ramadhani Wibowo Universitan Tanjungpura
  • Marnita Universitas Tanjungpura
  • Angga Prihatin Universitas Tanjungpura
  • Lolita Universitas Tanjungpura
  • Siti Aminah Universitas Tanjungpura
Abstract Views: 35 times
PDF Downloads: 48 times
Keywords: Honorary Name, Uray, Raden, Sultanate of Sambas

Abstract

status, and a person's contribution to society and government. In the Sambas Sultanate, derived names were automatically attached to someone who was a descendant of the Sultanate's family. One of the names known in the Sambas Sultanate and the Malay indigenous community is "Uray". However, this honorary name could later be changed to "Raden" with an appointment from the Palace. This can clearly lead to changes in the social hierarchy and a person's status in society. Through a literature study related to the attachment of honorary names known in the Malay tribal community in the Sambas Sultanate. This paper aims to (i) find out how someone gets the honorary name Uray in the Malay traditional community; (ii) the causal factors that enable a person to change his honorary name from Uray to Raden; and (iii) are there any consequences that the person will receive due to the change of name. The author uses an empirical legal writing method that is descriptive exploratory in nature. The results of the writing are (i) the honorary names Uray and Raden were obtained through lineage relationships; (ii) factors that cause changes in the name of honor that a person has are marital relations and direct appointment from the Palace by the Sultan; and (iii) someone who has changed his honorary name through a traditional ceremony will have new responsibilities that make him someone who plays an important role in society. One of them is being a role model in terms of cultural preservation.

Downloads

Download data is not yet available.

References

A. Kadir Ahmad. 2003, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif, (Makasar:Indobis Media Centre), hlm.106.

Bahder Johan Nasution. 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar Maju), hlm.124. Bambang Danu Nugroho. 2015, Hukum Adat, Bandung: Refika Aditama, hlm. 78.

Cholid Narbuko, Abu Achmadi. 2005, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT. Bumi Aksara), hlm.192.

Dr. Rizal Mustansyir. 2016, Kearifan Lokal Masyarakat Melayu Sambas Dalam Tinjauan Filosofis (legenda rakyat, filosofi air, dan tradisi), (Yogyakarta : Lima Media, April), hlm.18.

Haries Pribady. 2018, “QANUN & TARIKH KESULTANAN SAMBAS”, Pusat Studi Humaniora Indonesia, hlm. 36.

Joko P. Subahyo. 1991, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta), hlm.87- 88.

Masri Singarimbun, Sofian Efendi. 2008, Metode Penelitian Survai, (Cet. XIX; Jakarta:LP3ES), hlm.

Moh. Haitami Salim dkk. 2010, Sejarah Kerajaan Sambas Kalimantan Barat, Penelitian kerjasama Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STAIN Pontianak dengan Puslit Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Keagamaan Kementerian Agama Republik Indonesia.

Muhaimin, Metode Penelitian Hukum. 1969, (Mataram: Mataram University Press), hlm 83.

Neon Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif. 2002, (Yogyakarta: Rake Sarasin), hlm.3.

Nurani Soyomukti. 2010, Pengantar Sosiologi Dasar Analisi, Teori, & Pendekatan Menuju Analisis Masalah Masalah masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-kajian Strategis, (Jogjakarta: Ar ruzz Media), hlm.315-316.

R. Soepomo. 1952, “Kedudukan Hukum Adat di Kemudian Hari”, Pustaka Rakyat, Jakarta, hlm.30. Supardi. 2005, Metode Penelitian Ekonomi & Bisnis, (Yogyakarta: UII Press), hlm.107.

Urai Riza Fahmi. 2020, “Aturan Adat Dan Tradisi di Kesulthanan Sambas”, Pustakaone Indonesia, tanpa halaman.

Urai Riza Fahmi. 2021, “Selayang Pandang Kerajaan Islam Sambas”, Dinas Kominfo Kabupaten Sambas (Bidang E-Government), hlm. 49.

Ari Widyati Purwantiasning. 2017, Optimalisasi Fungsi Ruang Terbuka Hijau Dengan Melihat Pola Sebaran Pengunjung. Studi Kasus: Taman Tabebuya Jagakarsa, Nature (National Academic Journal Of Architecture) Vol 4, No.2. hlm.123.

Aslan dkk. 2020, “PARADIGMA BARU TRADISI “ANTAR AJUNG” PADA MASYARAKAT

PALOH, KABUPATEN SAMBAS”, Jurnal Kajian Islam dan Budaya, Vol. 18, hlm. 90.

Bambang Mudjiyanto. 2018, Tipe Penelitian Eksploratif Komunikasi Exploratory Research in Communication Study, Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, Vol. 22 No. 1, Juni, hlm. 65–74.

Hardjito Notopuro. 1969, “Tentang Hukum Adat, Pengertian dan Pembatasan dalam Hukum Nasional”, Majalah Hukum Nasional, Nomor 4, Jakarta, hlm.49.

Jaelani. 2014, “SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN II : Pemimpin Kharismatik dari Ujung Utara Borneo Barat”, Jurnal Khatulistiwa – Journal of Islamic Studies, Volume 4 Nomor 2, hlm.127. Misyuraidah. 2017, Gelar Adat dalam Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Komering di Sukarami

Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan, Intizar, Volume 23, Nomor 2. hlm.24.

Muhammad Abdillah. 2021, Islam dan Budaya Politik Melayu, Jurnal Studi Islam, Vol. 17 Nomor 2, Desember.

Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau. 2022, “Gelar dalam Masyarakat Melayu”,(https://disbud.kepriprov.go.id/gelar-dalam-masyarakat-melayu/), April. Diakses pada 30 September 2023.

Published
2024-06-14