open access

Abstract

Salah satu fenomena yang terjadi dikebanyakan kota besar atau masyarakat urban adalah metroseksual yang terjadi pada kaum pria urban merupakan gejala perkembangan budaya yang sedang terjadi di negara-negara maju. Bukan hal yang jamak melihat pusat-pusat perawatan kecantikan dipenuhi oleh kaum pria yang sekedar ingin membersihkan wajah dari jerawat, atau melihat beberapa pria berpenampilan stylish sedang melakukan pleasure shopping. Dalam kajian jender, pria metroseksual tergolong dalam jender maskulin yang sifatnya sedikit bergeser ke arah feminin, dimana para pria metroseksual ini dianggap sangat mengerti bagaimana merawat tubuhnya. Setelah tren metroseksual terbentuk, maka hal ini akan diikuti oleh pembentukan pasar metroseksual, berbagai produk perawatan tubuh diciptakan untuk menyokong penampilan kaum pria, hal ini dapat dilihat dari menjamurnya produk-produk perawatan tubuh yang menggunakan label for men, bukan hanya sebatas sabun atau deodoran saja, namun sampai ke produk-produk yang sebelumnya tidak pernah disentuh oleh kaum pria seperti krim wajah, masker, bahkan pelembab wajah. Pria metroseksual menaruh perhatian lebih kepada penampilan, ia cenderung memiliki kepekaan mode dan memilih pakaian berkualitas atau bermerek, serta memiliki kebiasan merawat diri (grooming) atau kebiasaan-kebiasaan yang dahulu lazim
dikaitkan dengan kaum perempuan. Fashion yang kita kenakan mencerminkan tentang siapa diri kita. Fashion bukanlah sesuatu yang nyata, tetapi dapat kita ungkapkan secara nyata melalui pakaian. Fashion sendiri merupakan suatu cara komunikasi yang dilakukan untuk mendeskripsikan penampilan.. Penampilan itu
merupakan keadaan diri dari ujung rambut sampai ujung kaki yang tampak dan dapat dilihat oleh mata kita.