HUBUNGAN KEYAKINAN DIRI MENGELOLA KONFLIK KERJA-KELUARGA, DUKUNGAN REKAN KERJA, DAN DUKUNGAN PASANGAN DENGAN PENGAYAAN KERJA-KELUARGA

  • Lintang Bodro Rini Kusumaningrum Jurusan Magister Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya
Abstract Views: 333 times
PDF - FULL TEXT Downloads: 475 times
Keywords: pengayaan kerja-keluarga, keyakinan diri mengelola konflik kerja-keluarga, dukungan rekan kerja, dukungan pasangan

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara keyakinan diri mengelola konflik kerja-keluarga, dukungan rekan kerja, dan dukungan pasangan dengan pengayaan kerja-keluarga. Individu yang bekerja dapat merasakan efek yang positif dalam kehidupan keluarga dan pekerjaan, yang dinamakan pengayaan kerja-keluarga. Faktor yang memengaruhi pengayaan kerja-keluarga adalah keyakinan diri mengelola konflik kerja-keluarga, dukungan rekan kerja, dan dukungan pasangan.  Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kuisioner online untuk mengumpulkan data. Subjek penelitian ini adalah pegawai laki-laki dan perempuan yang bekerja pada PT. Biro Klasifikasi Indonesia (BUMN), telah menikah dan memiliki anak minimal satu anak. Subjek penelitian ini sebanyak 218 pegawai. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu social support miliki Project 3535 (Artiawati, 2012), pengayaan kerja-keluarga dan keyakinan diri memengaruhi konflik kerja-keluarga diadaptasi oleh Artiawati dan Luh Putu Ratih Andhini (2016).  Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) ada hubungan yang signifikan antara dukungan rekan kerja, dukungan pasangan dan keyakinan diri memengaruhi konflik kerja-keluarga dengan pengayaan kerja-keluarga (F = 55.124; R2 = 0.436; p < 0.001). (2) Keyakinan diri memengaruhi konflik kerja-keluarga memiliki hubungan dengan pengayaan kerja-keluarga (r parsial = 0.380; p < 0.001). (3) Dukungan rekan kerja memiliki hubungan dengan pengayaan kerja-keluarga (r parsial = 0.291; p < 0.001). (4) Dukungan pasangan memiliki dengan pengayaan kerja-keluarga (r parsial  = 0.287; p <  0.001).  Implikasi hasil dari penelitian ini bahwa perusahaan perlu meregulasi waktu yang efektif (membuat sistem lembur). Selain in itu, saran bagi  pegawai adalah menjalin relasi yang baik dengan rekan kerja dan pasangan untuk memperoleh dukungan dari rekan kerja dan pasangan. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah melibatkan variabel lain sebagai predictor pengayaan kerja-keluarga (optimism, work-family conflict, dan opportunities for professional development (OPD), mencakup bidang pekerjaan yang lain (penerbangan, kesehatan, dan instasi pemerintahan), serta subjek penelitian merupakan ayah bekerja.  

Downloads

Download data is not yet available.

References

Andhini, L.P.R., (2016). Hubungan antara dukungan pasangan, dukungan atasan, dan work-family conflict self-efficacy, dengan pengayaan kerja-keluarga. Thesis tidak diterbitkan. Universitas Surabaya, Surabaya.

Artiawati. (2012). Konflik kerja-keluarga pada jurnalis di Jawa dan Bali (model konflik kerja-keluarga dengan ideologi peran gender, beban peran berlebih, dukungan sosial, dan kepribadian sebagai anteseden; rasa bersalah dan kesejahteraan psikologis sebagai konsekuensi). Disertasi tidak diterbitkan. Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Aycan, Z. & Eskin, M. (2005). Relative contributions of childcare, spousal support, and organizational support in reducing work-family conflict for men and women: The case of Turkey. Sex Roles, 53(7/8), 453-471

Bandura. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavior change. Psychology Review, 84, 191-215.

Brough, P., Hassan, Z., & O’Driscoll, M. (2014). Work-life enrichment. Journal of Spinger Science Business, 324-336.

Carlson, D.R., Kacmar, K.M., Wayne, J.H., & Grzywacz, J.G. (2006). Measuring the positive side of the work-family interface: Development and validation of a work family enrichment scale. Journal of Vocational Behavior, 68, 131-164.

Cinamon, G. R. (2003). Work-family conflict self-efficacy and career plans of young adults.In press.

Dienner et al. (1999). Subjective well-being: three decades of progress. Psychological Bulletin, 125 (2): 276-302.

Goodwin, R., & Gilles, S. (2003). Social support provision and cultural values Indonesia and Britain. Journal of Cross-Cultural Psychology, 34(2), 240-245.

Grzywacz, J.G., Almeida, D., & McDonald, D. (2002). Work-family spillover and daily reports of work and family stress in the adult labor force. Journal ofFamily Relations, 51, 28-36.

Hennessy, K. D. (2007). Work-family balance: an exploration of conflict and enrichment for women in a traditional occupation. Dissertation submitted to the Faculty of the Graduate School of the, University of Maryland.

Hosfstede, Greet. (2001). Dimensionalizing cultures: the Hofstede model in context. Journal of Psychology and Culture, 2 (1).

Ismail, Z. (2012). Teachers’ Work-family Conflict Efficacy in Malaysia: Scale Validation. International Journal of Humanities and Social Science, 2(21).

Korabik, K, & Warner, M. (2013). The Impact of Co-workers On Work-to-Family Ernrichmnet and Organizational Outcomes. New York: Palgrave macmilla.
Published
2018-03-01