Perancangan Mainan Puzzle untuk Media Belajar dan Media Terapi Motorik Halus bagi Anak Autis

  • Pande Putu Darmayasa Fakultas Teknik, Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut Surabaya-Indonesia 60293
  • Markus Hartono Fakultas Teknik, Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut Surabaya-Indonesia 60293
  • I Made Ronyastra Fakultas Teknik, Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut Surabaya-Indonesia 60293
Abstract Views: 1741 times
PDF Downloads: 1865 times
Keywords: autistic children, puzzle, motoric skills therapy, need metric, product concept, anak autis, puzzle, terapi keterampilan motorik, need metric, konsep produk

Abstract

Abstract- An autistic child is a child who has a functional brain disruption, causing the child to have difficulty in carrying out social interactions with his/her environment because they live “in their own world”. Disturbances in brain function can also have a negative impact in the learing process of the child. Even though children with autism have such disabilities and limitations, the characteristics of children who like to play and explore do not disappear, thus, games become one of the most effective learning and therapeutic methods for them. There are many games that can be used as learning media for children with autism, one of them are puzzles. However, in reality, there are not many puzzle games today that address the needs of autistic children which can support their learning process and serve as therapy for fine motoric skills in children. In accordance with the problems above, a puzzle game was designed to be used as a medium for learning and at the same time as a way of therapy of fine motorc skills for autistic children. To find the specific needs of children with autism for this game, data was collected by conducting an initial survey in the form of questionnaires and interviews with therapists and teachers who handle autistic children in two autistic schools in Surabaya, Indonesia. Then, after knowing what the needs are, they were entered into a needs metrics table to study the most appropriate way to fulfil them. The results of these needs metrics will be used as a basis for developing the concepts of this product. The product concept selection, then, underwent three stages, namely, concept generation, concept selection, and concept testing. After selecting the definitive concept, calculations were made to compute material costs, making product prototypes, economic analysis, and product testing. The product testing was carried out with children with early or basic autism using a prototype of the product that resembled the original. This trial was conducted to get feedback from the instructor/therapist about whether this product is in accordance with the needs of children with autism. The results of the conducted trial, which was mainly in the form of feedback, showed that 100% said that the product was safe, 90% that the function of the toy was clear, 80% said the instructions were easy to follow, 100% said it was durable, 100% said it was unique, 100% said it was attractive, 60% said it was easy to carry, 80% said it had suitable dimensions, 90% said it was easy to store, and 100% said that “Edufunzle” (the name given to the product) could be used as learning media and as fine motoric therapy with autistic children. However, 60% of the respondents said that the price of the product was still too expensive, and suggested that the price of this product could be more economical.

Keywords: autistic children, puzzle, motoric skills therapy, need metric, product concept

Abstrak- Anak autis merupakan anak yang mempunyai gangguan pada fungsi otak sehingga menyebabkan anak tersebut kesulitan dalam mengadakan interaksi sosial dengan lingkungannya dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Gangguan pada fungsi otak tersebut juga menyebabkan anak autis tidak dapat melakukan aktivitas seperti anak normal pada umumnya seperti aktivitas belajar. Meskipun anak dengan autis memiliki gangguan dan ketidakmampuan sedemikian rupa, karakteristik anak yang senang bermain dan berekspolasi tidak dapat hilang begitu saja sehingga permainan menjadi salah satu metode pembelajaran dan terapi yang efektif untuk mereka. Banyak permainan yang dapat digunakan untuk media belajar pada anak autis, salah satunya yaitu puzzle. Namun, pada kenyataannya tidak banyak permainan puzzle yang ada saat ini sesuai dengan kebutuhan anak autis yang dapat menunjang proses belajar dan terapi untuk motorik halus pada anak. Sesuai dengan permasalahan diatas, maka dirancanglah sebuah permainan puzzle yang dapat digunakan sebagai media belajar dan media terapi motorik halus bagi anak autis. Untuk mengetahui apa saja kebutuhan anak autis dalam permainan ini maka dilakukan pengumpulan data dengan melakukan survey awal berupa kuisioner dan wawancara dengan terapis atau pengajar yang menangani anak autis di dua sekolah autis yang berada di Surabaya. Kemudian setelah diketahui apa saja kebutuhannya maka akan dicari tau bagaimana pemenuhan dari kebutuhan tersebut menggunakan tabel need metric. Hasil dari need metric tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam pengembangan konsep dari produk ini. Pemilihan konsep produk akan melalui tiga tahap yaitu Concept Generation, Concept selection, dan Concept testing. Setelah diperoleh satu konsep maka dilakukan perhitungan untuk biaya material, pembuatan prototype produk , analisa ekonomi, dan pengujian produk. Pengujian produk dilakukan pada anak autis tingkat awal atau dasar dengan menggunakan prototype produk yang menyerupai aslinya. Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan feedback dari pengajar/terapis mengenai apakah produk ini sudah sesuai dengan kebutuhan anak autis Dari hasil uji coba yang dilakukan diperoleh feedback bahwa 100% mengatakan produk ini aman, 90% mengatakan fungsi mainan ini jelas, 80% mengatakan prosedur mudah diikuti, 100% mengatakan tahan lama, 100% mengatakan bentuknya unik, 100% mengatakan warna menarik, 60% mengatakan mudah dibawa, 80% mengatakan dimensi ukuran sudah sesuai, 90% mengatakan mudah disimpan, dan 100% mengatakan bahwa produk Edufunzle dapat digunakan sebagai media belajar dan terapi motorik halus pada anak autis. Namun, 60% responden mengatakan bahwa harga produk masih terlalu mahal sehingga mereka menyarankan agar harga produk ini bisa lebih ekonomis

Kata kunci: anak autis, puzzle, terapi keterampilan motorik, need metric, konsep produk

Downloads

Download data is not yet available.

References

Andri P, (2010), Amazing Autism, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Bektiningsih, K. (1985). Program Terapi Anak Autis di SLB Negeri Semarang. 95–110.

Elan, Dindin Abdul Muiz L, F. (2017). Penggunaan Media Puzzle untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri. 1(1), 66–75.

Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Handojo. (2004). Autisme : Petunjuk Praktis & Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Hartono, M. (2018). International Journal of Industrial Ergonomics Indonesian anthropometry update for special populations incorporating Drillis and Contini revisited. International Journal of Industrial Ergonomics, 64, 89–101. https://doi.org/10.1016/j.ergon.2018.01.004

Handojo, Y. 2009. Autisme pada Anak. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Indraswari, L. (2012). Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalaui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam. 1(1), 1–13.

Kaplan. H.I. Sadock. B.J. Grebb. J.A. (1997). Sinopsis psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Komang Srianis, Ni Ketut Suarni, P. R. U. (2014). Penerapan Metode Bermain Puzzle Geometri untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Dalam Mengenal Bentuk. 2(1).

Krause, J., & Taliaferro, A. (2015). Supporting Students with Autism Spectrum Disorders in Physical Education: There’s an App for that! Palaestra, 29(2), 45–51. Retrieved from https://js.sagamorepub.com/palaestra/article/view/6490/5140

Mao, Q., Li, N., & Peña-mora, F. (2019). Quality function deployment-based framework for improving the resilience of critical infrastructure systems. International Journal of Critical Infrastructure Protection, 26, 100304. https://doi.org/10.1016/j.ijcip.2019.100304

Muniroh, S. M. (2010). Dinamika Resiliensi Orang Tua Anak Autis. 7(9), 1–11.

Muzamil dan Misbach, (2010) Pengertinamedia puzzle

Ningrum, M. T. (2015). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam di Kelompok B TK ABA II Pantoloan.

Rohman, A. T. (2018). Permainan Puzzle Terhadap kemampuan Perhatian Anak Autis di Sekolah Luar Biasa.

Rudy Sutadi (2018) Smart ABA (Applied Behavior Analysis) dan Smart BIT (Biomedical Intervention Therapy) untuk anak autis (penyandang autisme).

Sujiono, Bambang. et al. (2008). MetodePerkembangan Fisik. Jakarta:Universitas Terbuka

Sicillya E. Boham. (2013). Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Autis (Studi pada orang tua dari anak autis di Sekolah Luar Biasa AGCA Center Pumorow Kelurahan Banjer Manado). Journal, II(4).

Sukamti, E. R. (2007). Kontribusi Mata Kuliah Pendukung Bukan Prasyarat Terhadap Nilai Perkembangan Motorik Pada Mahasiswa Angkatan Tahun 2007.

Sulaiman, F. (2017). Desain Produk: Rancangan Tempat Lilin Multifungsi Dengan Pendekatan 7 Langkah Nigel Cross. 04, 32–41.

Tobing, L. S.M. (2001). Anak dengan mental terbelakang. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Wignjosoebroto, Ir. Sritomo, 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Prima Printing, p.169-207.

Published
2020-08-31
How to Cite
Darmayasa, P. P., Hartono, M., & Ronyastra, I. M. (2020). Perancangan Mainan Puzzle untuk Media Belajar dan Media Terapi Motorik Halus bagi Anak Autis. Keluwih: Jurnal Sains Dan Teknologi, 1(2), 69-76. https://doi.org/10.24123/saintek.v1i2.2978