PDF-Full Text

Orientasi Religius Dewasa Madya Kristen dalam Pelayanan Gereja

  • Yennie Limanto Universitas Surabaya
  • Monique E. Sukamto Universitas Surabaya
  • Jenny L. Setiawan Universitas Ciputra
Abstract Views: 6 times
PDF-Full Text Downloads: 4 times
Keywords: church ministry, activity, religious orientation, middle aged Christian

Abstract

This study was conducted to evaluate the difference of religious orientation between middle aged Christians who were active and inactive in church ministry activities. Participants were the members of church community whose ages were 40-60 years (N = 50; active: 25; inactive: 25). The participants were assumed as active if they had participated in church ministry activities for at least one year and had not received any incentives. Religious orientation was measured by Religious Orientation Questionnaire which was designed in a Likert scale. The researchers also added four open-ended questions for deeper analyses. The analysis using the U Mann-Whitney Test showed the difference of religious orientation between those who were active and inactive. Those who were active in church ministry activities showed higher intrinsic religious orientation.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan orientasi religius antara dewasa madya Kristen yang aktif dan tidak aktif dalam kegiatan pelayanan gereja. Subjek penelitian adalah jemaat dewasa madya Kristen yang berada pada rentang usia 40-60 tahun (N = 0; aktif: 25, tidak aktif: 25). Subjek dinyatakan aktif, apabila aktif menjalankan kegiatan pelayanan gereja selama minimal 1 tahun dan tidak mendapatkan imbalan dalam bentuk apa pun. Orientasi religius diukur melalui angket Orientasi Religius, yang mengacu pada skala Likert. Peneliti juga menambahkan empat butir terbuka pada angket tersebut. Hasil analisis data yang dilakukan dengan teknik Uji U Mann-Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan orientasi religius antara dewasa madya Kristen yang aktif dan yang tidak aktif dalam pelayanan gereja. Dewasa madya Kristen yang aktif dalam pelayanan gereja memiliki orientasi religius yang lebih intrinsik.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Crapps, R. W. (1993). Dialog psikologi dan agama. Yogyakarta: Kanisius.
Hardjana, A. M. (1993). Penghayatan agama yang otentik dan tidak otentik. Yogyakarta: Kanisius.
Hurlock, E. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Istiwidayanti dan Soedjarwo, Pengalih bhs.). Jakarta: Erlangga.
Jalaluddin. (2000). Psikologi agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Lahaye, T. (1999). Hubungan antara temperamen dan karunia rohani (T. Handoko, Pengalih ba- hasa). Jakarta: Metanoia.
Lembaga Alkitab Indonesia. (2004). Alkitab. Jakarta: Penulis.
Mappiare, A. (1983). Psikologi orang dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
MCCormick, J., Hoekman, K., & Smith, D. (2000). Religious orientation and locus of control in an Australian Open Enrolment Christian School. A paper presented at the Australian Association for Research in Education Annual Conference, Sydney, 4 – 7 December, 2000.
Santrock, J. B. (2002). Life span development: Perkembangan masa hidup (J. Damanik dan A.Chusairi, Pengalih bahasa). Jakarta: Erlangga.
Suryandari, I. (2004). Perbedaan religiositas remaja ditinjau dari coping behavior. Skripsi, tidak diterbitkan, Program S-1 Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya, Surabaya.
Warren, R. (2005). The purpose driven life (P. Adiwijaya, Pengalih bahasa). Malang: Gandum Mas.
Published
2007-10-01
How to Cite
Limanto, Y., Sukamto, M. E., & Setiawan, J. L. (2007). Orientasi Religius Dewasa Madya Kristen dalam Pelayanan Gereja. ANIMA Indonesian Psychological Journal, 23(1), 36-49. https://doi.org/10.24123/aipj.v23i1.4248